Sebelum terbang dari Lapangan Udara Halim Perdanakusumah menuju Pontianak, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendadak menggelar jumpa pers pada Senin pagi, 30 Mei 2011. Ada yang genting rupanya. Presiden berbicara menanggapi kabar yang beredar luas, yang menurut dia adalah fitnah.
"Saudara-saudara, selama dua hari libur, saya menerima tamu dan bertemu dengan banyak sahabat. Kami bicarakan banyak hal termasuk yang beredar di masyarakat, berkaitan dengan pemberitaan yang tidak jelas sumbernya, mengandung fitnah yang sangat keterlaluan," kata SBY. "Selama ini saya memilih diam. Satu kali dua kali manakala fitnah itu keterlaluan, maka demi nama baik dan merupakan hak saya, saya perlu memberi penjelasan."
Fitnah itu, demikian dinyatakan Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat itu, beredar melalui SMS, Twitter, BlackBerry Messenger dan media online. "Fitnah yang dilemparkan oleh seseorang dari tempat gelap, sangat luar biasa. Saya katakan dengan bahasa terang, mereka tidak bertanggung jawab, tidak ksatria, pengecut karena tidak menampakkan diri," kata Presiden.
Tidak jelas apa yang dimaksud dengan “dari tempat gelap” itu. Yang terang, sejak Sabtu 28 Mei kemarin, beredar pesan yang sumbernya mengaku sebagai M. Nazaruddin, Bendahara Umum Partai Demokrat yang baru dipecat pekan lalu karena diduga tersangkut kasus korupsi. Dalam pesan singkat yang juga diterima VIVAnews, dari sebuah nomor di Singapura itu, terdapat beberapa hal yang isinya mendiskreditkan SBY.
Isi pesan itu antara lain menyerang SBY secara personal, menyebut nama Staf Khusus Presiden Daniel Sparingga, keterkaitan kasus Bank Century dengan Partai Demokrat, menuding keterlibatan Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga Andi Mallarangeng dalam kasus korupsi pembangunan wisma atlet SEA Games, termasuk kasus proyek pengadaan teknologi informasi di Komisi Pemilihan Umum.
Nazaruddin, melalui sejumlah petinggi Demokrat, sudah membantah mengirimkan pesan ini.
"Ada lagi dikatakan Partai Demokrat punya tabungan Rp47 triliun dan Demokrat harus menjelaskan. Terbalik logikanya. Dia yang menuduh, dia yang harus membuktikan," kata SBY. "Saya juga imbau media massa, yang punya peran sangat luhur juga, arif lah. Bayangkan kalau sebuah sumber yang sangat tidak jelas diangkat menjadi sumber berita," kata SBY. "Rakyat kita ini dapat apa?”
keterangan : terdapat kalimat penalaran kausalitas yaitu sebab akibat
sumber : vivanews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar