Wacana Non Ilmiah adalah wacana yang mencakup anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, novel, roman, dan naskah drama. Berikut ini salah satu contoh dari wacana non ilmiah:
Pada suatu hari, seorang laki-laki pulang dari bekerja larut malam. Hari
itu sangat melelahkan baginya. Sesampainya dirumah ia mendapati anaknya
yang berusia 5 tahun sudah menunggunya di depan pintu rumah.
Anak: "Ayah, boleh aku bertanya?"
Ayah: "yeah, boleh, ada apa?" jawab sang ayah.
Anak: "Ayah, berapa gaji ayah dalam satu jam?"
Ayah: "Bukan urusan mu.. ngapain kamu nanya-nanya hal begitu??" jawab sang
ayah dengan marah.
Anak: " Aku cuma pengen tahu ayah... tolonglah ayah, beritahu aku, berapa
penghasilan ayah dalam sejam?" tanya si anak dengan memelas
Ayah: "baiklah, jika kamu emang pengen tahu, gaji ayah mu ini Cuma
Rp.30.000 sejam.. puas?" jawab si ayah dengan ketus.
Anak: " Oh..." ujar si anak sambil menundukkan kepala... kemudian ia
kembali bertanya
Anak: "ayah, boleh nggak aku minta Rp.15.000?" tanya si anak dengan
ragu-ragu..
Begitu mendengar pertanyaan terakhir anaknya, kekesalan sang ayah langsung
memuncak....Pada saat itu juga sang ayah langsung berkata: "oh.. jadi kamu
nanya gaji ayah berapa Cuma mau minta uang untuk beli mainan2 ga penting
atau barang2 ga berguna lain ya? Kalau begitu sekarang kamu cepat masuk ke
kamar mu dan TIDUR... kau tau sekarang jam berapa HAH? Mikir dong... ayah
kerja keras tiap hari untuk kamu dan mama mu, tapi kamu egois sekali...
kelakuanmu sungguh memalukan" .
Dengan wajah sedih dan kepala menunduk si anak segera menuju ke kamarnya
tanpa berkata-kata.. terlihat jelas bahwa ia sangat sedih mendengarkan
perkataan ayahnya... ia segera masuk kedalam kamarnya dan menutup pintu
dengan perlahan.
Sang ayah lalu duduk di kursi dan tanpa sengaja kembali memikirkan
permintaan anaknya barusan ditengah malam buta seperti saat itu. Dalam
pikirannya ia sangat kesal dan tak habis pikir kok teganya anak yang
disayanginya itu malah menanyakan uang disaat ia baru saja pulang dan capek
setelah bekerja keras seharian.
Setelah beberapa jam berlalu, sang ayah mulai tenang, dan ia bisa berpikir
sedikit lebih jernih. Ia kemudian berpikir: "yah, namanya juga anak-anak...
atau mungkin saja anak ku memang membutuhkan uang Rp.15.000 itu untuk
membeli sesuatu yang sangat penting baginya. Lagi pula, anak ku itu tidak
terlalu sering minta uang kok... ia juga bukan anak yang suka konsumtif."
Lalu sang ayah segera menuju kekamar anaknya, lalu membuka pintu kamar
anaknya itu.
"kamu udah tidur sayang?" tanya sang ayah.
"belum ayah", jawab anaknya dengan suara agak terbata-bata.
"Ayah udah berpikir, mungkin tadi ayah terlalu keras" kata sang ayah.
"Hari ini sangat melelahkan buat ayah, ayah minta maaf telah melampiaskan
kekesalan ayah padamu. Ini, Rp.15.000 yang kamu minta tadi" kata sang ayah
dengan nada lembut.
Si anak seketika itu juga langsung berdiri dan tersenyum. "OH... terima
kasih ayah... " ujar anaknya dengan riang.
Kemudian, ia merogoh kebawah bantalnya dan mengeluarkan setumpuk uang
kertas yang sudah lusuh. Si anak kemudian mulai menyusun dan merapikan uang
yang dimilikinya itu diatas kasur.
Ketika sang ayah melihat ternyata anaknya sudah punay uang dalam jumlah
yang cukup banyak, ia kembali marah dan kesal.
"Untuk apa kamu minta uang lagi kalau kamu udah punya uang sebanyak itu?"
tanya sang ayah dengan nada tinggi.
"Soalnya sebelum ayah kasih, uangnya nggak cukup ayah..." jawab sang anak.
"Tapi sekarang aku udah punya uang yang cukup", kata si anak kemudian.
"Ayah, sekarang aku sudah punya Rp.30.000.. boleh nggak aku membeli waktu
ayah satu jam saja…?" tanya anaknya dengan nada sungguh-sungguh dan polos..
"Aku mau makan malam bareng sama ayah dan mama... besok ayah pulang cepat
ya…" ujar si anak dengan sungguh-sungguh… matanya menatap polos pada sang
ayah yang diam terpaku dihadapannya.
Mendengar perkataan anaknya, sang ayah langsung terenyuh dan menangis.. ia
lalu segera merangkul anak yang disayanginya itu sambil menangis dan minta
maaf pada sang anak..
"Maafkan ayah sayang..." ujar sang ayah.
"Ayah telah khilaf, selama ini ayah lupa untuk apa ayah bekerja
keras...maafkan ayah anakku..." kata sang ayah ditengah suara tangisnya. Si
anak hanya diam membisu dalam dekapan sang ayah...
Cerita ini hanyalah untuk mengingatkan kita semua yang selalu bekerja keras
dalam hidup ini. Janganlah kita membiarkan waktu berlalu begitu saja tanpa
kita sempat menikmati waktu yang sangat berharga tersebut bersama
orang-orang yang sangat kita sayangi dan sangat berarti dalam hidup kita.
Ingatlah untuk selalu berusaha menyisihkan waktu seharga Rp.30.000 untuk
orang-orang yang Anda cintai dan sayangi.
Jika kita meninggal besok, perusahaan tempat kita bekerja dapat dengan
mudah mengganti orang yang menempati posisi kita hanya dalam hitungan
hari..
Tapi, keluarga dan orang dekat tercinta yang kita tinggalkan akan merasakan
kehilangan itu sepanjang hidupnya... Bila kita memikirkannya, kenapa kita
masih saja mencurahkan seluruh hidup kita hanya untuk bekerja???
Semoga menjadi bahan renungan buat kita..;)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar